Titik terendah bukanlah tempat untuk menyerah,
tapi titik terendah adalah tempat
untukmu berpijak
membangun fondasi kokoh nan megah (Merry Riana)
Surabaya, Krisanonline.com– Krisanis, nama lengkap saya Michael Evano Junior – biasa dipanggil – Michael. Pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya tentang arti “Sebuah Kesadaran.”
Saya adalah satu-satunya anak di keluarga atau dengan kata lain disebut sebagai anak tunggal. Pada saat saya SD kelas 1-4, saya memang anak yang unggul dalam bidang akademik. Saya juga termasuk anak yang unggul dalam bidang olahraga. Di rumah pun saya juga dimanjakan oleh kedua orangtua. Hal itu membuat saya tumbuh menjadi anak yang manja. Segala sesuatu harus dituruti segala keinginan.
Dampaknya, di sekolah saya menjadi anak yang “nakal” dan sering usil sehingga banyak guru dan teman-teman yang tidak menyukai saya. Orang tua pun selalu dipanggil oleh sekolah karena perilaku saya setiap harinya yang selalu membuat masalah. Hingga hampir dikeluarkan dari sekolah. Namun, Puji Tuhan, mama saya selalu sabar menghadapi perilaku saya ini. Meski sedikit berbeda dengan papa. Saya tetap bersyukur memiliki kedua orang tua berkepribadian penuh kasih sayang dan sikap disiplin yang tinggi untuk anaknya.
Nah, suatu ketika, pada saat saya kelas 4 SD semester genap, guru agama saya mengatakan begini, “Jika kalian ingin melakukan sesuatu, maka kalian harus selalu melakukannya dengan mengandalkan kehendak Tuhan. ” Sejak saat itu membuat saya tersadar. Dalam hati, saya berpikir bahwa selama ini saya belum pernah mengandalkan Tuhan dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, saya mulai mencoba menerapkan apa yang telah guru agama saya katakan. Saat kelas 5-6 SD saya sudah benar-benar tidak pernah membuat masalah lagi. Guru dan teman-teman saya mulai menyukai saya karena sikap saya yang sudah berubah.
Saat memasuki SMP Kelas VII — VIII saya menjadi anak yang pendiam dan cuek akan segala kejadian yang terjadi di sekolah. Namun, ketika saya kelas IX saya mendapatkan dua orang sahabat yang selalu mengerti dan juga menguatkan saya jika saya mengalami kesulitan. Berkat kedua sahabat saya tersebut, saya tumbuh menjadi pribadi yang ceria. Saya juga mulai tersadar harus bersosialisasi dengan banyak teman.
Belum lama ini, pada saat saya SMA kelas X, saya mendapatkan sesuatu yang berharga dari Pendeta. Pendeta saya mengatakan, “Jika kalian ingin mencapai sesuatu lakukanlah dengan niat yang sungguh-sungguh. Kalahkan semua keinginan kalian yang hanya ingin bermalas-malasan dan bersantai saja karena itu tidak akan menghasilkan apa-apa.” Saya jadi teringat pula dengan peribahasa berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian. Artinya, apabila kita ingin mendapatkan kesenangan atau keberhasilan di kemudian hari, maka haruslah kita berani bersusah payah terlebih dahulu. Pendeknya, kita harus selalu sadar dengan apa yang menjadi tujuan hidup kita. Tetap semangat, ya, Krisanis!
(Kontributor: Michael Evano Junior, Siswa X
MIPA 2 SMA Santa Maria
Surabaya)