Surabaya, Krisanonline.com – Krisanis, pastinya kalian sudah tidak asing lagi dengan yang makanan yang bernama tempe bacem. Tempe Bacem adalah salah satu hidangan khas Indonesia terutama Jawa yang sangat disukai oleh banyak orang bahkan menu ini bisa kita jumpai di berbagai wilayah seperti Sumatera, Bali, hingga Kalimantan. Proses pembuatan Tempe Bacem ini dengan cara memotong tempe menjadi potongan-potongan kecil, kemudian menggorengnya hingga berwarna coklat keemasan. Setelah itu, tempe dimasak dalam bumbu-bumbu manis khas Indonesia hingga bumbu meresap dan tempe empuk, sehingga tempe bacem ini sangat cocok disandingkan dengan berbagai resep masakan lain seperti sayuran, oseng-oseng, dan aneka tumisan lainnya.
“Tempe bacem merupakan makanan khas Indonesia, terutama Jawa yang rasanya manis.”
Tempe bacem ini menjadi menu yang populer dan favorit masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis dan gurih serta teksturnya yang unik membuat tempe bacem ini menjadi makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Apalagi harga makanan ini yang murah. Di satu sisi, tempe bacem juga memiliki banyak manfaat bagi tubuh bahkan dapat menjadi menu pengganti daging merah karena diketahui memiliki protein yang tinggi, serat, zat besi, kalium, dan nutrisi penting lainnya. Beberapa kandungan tersebut berperan penting untuk menurunkan kolesterol, menjaga berat badan tetap ideal, hingga menurunkan risiko stres oksidatif. Di balik rasanya yang unik dan kaya akan manfaat ini memiliki sejarah yang cukup panjang.
“Tempe bacem berperan penting untuk menurunkan kolesterol, menjaga berat badan tetap ideal, hingga menurunkan risiko stres oksidatif.”
Baca juga:
https://www.krisanonline.com/pecel-citra-otentik-makanan-khas-nusantara/
https://www.krisanonline.com/nikmatnya-nasi-goreng-dipadu-dengan-ayam-goreng-krispy/
Menurut catatan sejarah, makanan ini sudah ada sejak akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19, tepatnya pada masa kolonial Belanda, dimana tempe bacem ini lahir karena adanya praktik tanam paksa yang terjadi di tanah Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Pada saat itu, masyarakat diminta untuk memproduksi gula dengan cara menanam tebu. Melimpahnya gula dengan kualitas istimewa ini kemudian dimanfaatkan oleh warga untuk mengolah berbagai aneka menu masakan yang memiliki rasa cenderung manis, salah satunya tempe bacem.
“Tempe bacem dianggap makanan simbol “kemiskinan” pada masa kolonial Belanda.”
Oleh karena itu, menu ini terkadang masih dianggap sebagai menu makanan kelas menengah ke bawah karena menjadi simbol “kemiskinan” pada masa kolonial, tetapi seiring berkembangnya zaman tentunya tempe bacem menjadi sebuah kuliner favorit dari berbagai lapisan sosial apalagi dilihat dari harga, gizi, dan rasanya yang tidak kalah jauh dengan makanan mahal.
(Kontributor; Angie, Siswi XII IPS, SMA Santa Maria Surabaya)