Karawitan

Seni Musik Berbuah Kesabaran

Surabaya, KrisanOnline – Percaya tidak, hidup kita tidak dapat dipisahkan dengan musik. Bisakah anda membayangkan seandainya dalam hidup kita tidak ada musik. Wow…. pasti sunyi sekali. Tanpa kita sadari, setiap saat disekeliling kita  selalu berkumandang alunan musik, entah dari televisi, radio, vcd player dan orang-orang dekat kita menyanyikan atau bersiul melantunkan melodi-melodi. Secara otomatis  pendengaran kita selalu menangkap semua itu. Ketika hati sedang  sedih, gembira, merenung semua bisa diekspresikan dengan musik.

Musik ialah suatu bentuk seni yang diekspresikan menggunakan medium pokok suara atau disebut bentuk seni yang menggunakan bahasa bunyi, baik menggunakan suara manusia (vokal), suara alat musik (instrumen), atau campuran dari keduanya (vokal dan instrumen).

Ada banyak warna musik yang berkembang di lingkungan kita, mulai dari musik rock, dangdut, pop, keroncong dll. Setiap individu pasti mempunyai kesukaan yang berbeda dalam memilih genre musik sesuai dengan apresiasi  dan lingkungan gaulnya. Remaja saat ini cenderung memilih warna musik yang rancak (ngeband), sedangkan musik keroncong selalu diidentikan sebagai musiknya kaum bapak-bapak, ibu-ibu, kakek nenek.

Seiring berkembangnya warna musik dijagad ini, ternyata kita sudah melupakan milik kita sendiri, sesuatu yang sangat adiluhung, justru orang-orang manca negara berlomba-lomba untuk mempelajarinya dan mengapresiasikan kepada dunia (world music). Apakah itu?  Jawabnya adalah KARAWITAN.

 

 

Ada apa dengan Karawitan?

Sebagian orang mungkin beranggapan karawitan adalah musik yang sudah usang, ketinggalan jaman, ndeso, tidak gaul. Tetapi semua itu nihil adanya. Memang benar, saat ini karawitan kurang mendapatkan porsi di negeri sendiri, bahkan ada kecenderungan (secara umum) remaja kita seperti alergi mendengar bunyi neng…nong….neng….gung. Mari kita coba membuka cakrawala, buka mata telinga kita lebar-lebar. Kita pasti tidak akan percaya, ternyata karawitan sudah mendapatkan pengakuan dari dunia. Ini bisa dibuktikan dengan antusiasnya warga manca negara yang mempelajari karawitan di negeri ini, mulai dari mereka yang kuliah di Perguruan Tinggi Seni atau nyantrik kepada seorang empu karawitan. Gamelan kita (instrumen karawitan) sudah tersebar di benua Eropa, Amerika, Australia, Asia. Ini menunjukkan bahwa seni karawitan benar-benar membuat gandrung orang manca.

 

Menurut Heri, alumnus STSI Surakarta (sekarang ISI) jurusan Karawitan, yang dikontrak 3 tahun menjadi pelatih karawitan di Amerika, mengatakan bahwa antusias mereka sangat tinggi untuk mempelajari karawitan. Pengalaman saya pada saat mengiringi Sendratari Calon Arang di Concert Noble, Belgia pada bulan Oktober 2009 yang lalu, penghargaan mereka (audiens) bisa membuat saya menitikkan airmata. Mengapa tidak, mereka begitu salut dan kagum akan keelokan musik kita dan memberikan aplous meriah dan tanpa berhenti setelah pertunjukkan selesai. Melihat kenyataan seperti itu seharusnya kita semua sebagai generasi penerus bangsa harus mempunyai budaya malu, jangan sampai karena keteledoran kita, musik karawitan diakui juga sebagai musiknya orang luar negeri, seperti hal yang sudah-sudah tentang seni Reog dari Ponorogo, Jawa Timur dan Tari Pendet dari Bali yang diklaim sebagai milik Negara tetangga.

 

Pendidikan Nilai Dalam Karawitan

Karawitan berasal dari kata rawit yang artinya halus, rumit. Halus karena didalam memainkannya menggunakan perasaan dan hayatan, rumit karena banyak aturan baku atau tehnik yang digunakan untuk bermain musik karawitan. Jadi karawitan adalah sebuah permainan musik yang dimainkan dengan hayatan serta kehalusan rasa. Arti karawitan secara luas adalah permainan musik yang menggunakan 5 nada (pentatonis) sebagai materi permainan. Sedangkan pengertian karawitan secara khusus adalah seni musik yang  yang menggunakan laras (tangga nada) Slendro dan Pelog.

Ada banyak keuntungan yang kita peroleh begitu kita mau belajar karawitan. Banyak pendidikan nilai yang bisa memberikan terang dan pelajaran moral kepada kita semua, apabila kita mau mencontoh dan melakukan hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu yang ada didalam karawitan kedalam kehidupan manusia sebagai mahkluk social.

 

Pendidikan nilai itu, antara lain :

  1. Nilai Disiplin

Seperti kita ketahui bersama, bermain musik membutuhkan disiplin notasi, yaitu kecermatan memainkan musik sesuai dengan notasi yang ada. Begitu kita salah melihat atau salah ketukan, akibatnya sangat fatal sekali. Permainan musik yang diharapkan tidak berjalan dengan baik, tidak terjalin keharmonisan. Dalam pengertian yang lebih luas, apabila kita semua bisa disiplin dalam segala hal (kecermatan individu dalam memandang suatu tanggungjawab hingga semua itu bisa terlaksana dengan baik), tentunya akan berbuah hasil yang baik-baik juga. Disiplin dimulai dari diri sendiri, selanjutnya lingkungan dengan sendirinya akan menyeleksi secara otomatis dan hasilnya adalah dengan disiplin seseorang akan merasa pantas untuk diperhitungkan.

 

  1. Nilai Kerjasama

Ada pepatah Jawa mengatakan crah agawe bubrah, rukun agawe santosa,yang artinya sebuah ketidakharmonisan bisa menjadi penghancur, sedangkan kerukunan akan berakibat sebuah kenyamanan. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Seperti halnya dalam karawitan, permainan itu dilakukan dengan bentuk kerjasama antara satu individu dengan individu lainnya, sehingga membentuk sebuah hasil permainan musik yang harmoni, selaras. Seorang player akan saling mendengarkan dan saling melihat satu sama lain. Hal ini dilakukan agar terbentuk sebuah jalinan yang saling mengisi. Tentunya dengan berbekal disiplin notasi yang baik. Tanpa disiplin notasi yang baik, tanpa kerjasama yang baik, mustahil akan mendapatkan kenyamanan bermain bersama.

 

  1. Nilai Penghargaan kepada Sesama

Irama (laya) dalam musik karawitan ada saatnya pelan dan ada saatnya cepat. Ada saatnya keras menabuhnya dan ada saatnya lirih, hal inilah yang disebut dengan dinamika. Pada saat irama cepat, semua intrumen akan melakukan hal yang sama, tidak ada yang saling mendahului demikian juga sebaliknya, atau pada saat lirih dan keras. Artinya, dibutuhkan sikap saling menghargai satu sama lain, tidak saling menonjolkan diri sendiri, tidak egois. Sikap saling menghargai akan mendatangkan sebuah hubungan sosial yang sehat.

 

  1. Nilai Ketaatan

Pemimpin dalam karawitan adalah instrument (ricikan) kendhang atau disebut pamurba irama. Cepat lambat, keras lirih dan berhenti (suwuk/coda) yang mengatur adalah kendhang. Artinya, ada nilai ketaatan kepada seorang pemimpin atau koordinator dengan menumbuhkan sebuah kesadaran menjadi anggota suatu kelompok/organisasi yang baik, tentunya sesuai dengan aturan yang berlaku. Mau mendengarkan dan memainkan sesuai dengan peran kita dalam kehidupan bersosial, itu adalah kata kuncinya.

 

  1. Nilai Kesabaran

Pada proses awal bermain karawitan (pemula) diperlukan sebuah kesabaran untuk menunggu informasi teknik permainan yang diberikan seorang pelatih, karena setiap ricikan mempunyai teknik yang berbeda. Artinya butuh waktu agar semua teknik tersampaikan semua. Tidak menutup kemungkinan ada problem disalah satu teman pada saat memainkan ricikan, dengan sabar dan telaten seorang pelatih akan memberikan informasi yang lebih baik agar teknik itu terkuasai, yang lain pasti akan menunggu. Demikian juga pada proses kreativitas. Hasil yang maksimal hanya bisa terwujud jika ada proses yang disiplin, kontinyu, telaten dan evaluasi.  Semua proses diatas (eksplorasi bunyi, penataan pola, sambung rapet/pertimbangan transisi) hanya didapat kalau ada kesabaran. Secara otomatis, kalau kita mau mencoba belajar ngrawit (memainkan karawitan), kita dituntut harus memiliki kesabaran sebagai modal dasar. Belajar karawitan sama dengan terapi untuk melatih kesabaran, karena didalam mempelajari pola-pola/tehnik tabuhan, irama  diperlukan ketelatenan dan kecermatan yang sangat tinggi.

 

Anda ingin belajar pendidikan nilai?

Anda ingin menjadi orang sabar ? Anda ingin membuktikan?

Belajarlah karawitan. Selamat mencoba.

 

Kontributor :

Pambuko Kristian, S.Sn. (Guru Seni Budaya SMA Santa Maria Surabaya, Narasumber  Pelatihan Musik Kreatif dan Juri Tingkat Provinsi)

Krisis Identitas Anak

(Ungkapan Kegelisahan Hilangnya Lagu Anak-anak)

 

“Yo pra kanca dolanan ing njaba

Padhang mbulan padhange kaya rina

Rembulane, kang awe-awe

Ngelikake aja padha turu sore”

 

(Mari teman-teman, bermain di halaman

Sinar bulan (purnama) terang bagaikan siang hari

Bulan yang seakan melambaikan tangannya

Mengingatkan pada kita semua untuk tidak tidur saat petang hari)

 

Melihat penggalan lagu dolanan di atas, yang sarat dengan petuah-petuah dan makna tentang kehidupan, bayangan kita akan tertuju pada suatu alam pedesaan yang penuh dengan kedamain, ayem tentrem, tidak bising dengan laju kendaraan. Tampak anak-anak kecil bermain berlarian dibawah terangnya bulan purnama. Dengan kepolosannya bergembira, berteriak memecah sunyinya malam dengan candanya. Betapa indah dan malam itu benar-benar menjadi malamnya anak. Bagi sebagian orang-orang di sekitar kita, lagu dolanan tersebut mungkin bisa membuka kembali kenangan indah yang sudah tertumpuk dengan aktivitas keseharian. Ada kerinduan untuk mengulang kembali suasana indah saat itu, walaupun hanya dengan menghadirkan kembali bayangan-bayangan masa lalu, tetapi setidaknya kerinduan akan kedamaian pada masa kanak bisa dirasakan kembali dan menjadikan  spirit hidup di tengah kondisi kehidupan sosial saat ini.

Kain bludru kain benang, lain dulu lain sekarang. Saat ini mungkin sudah sulit bagi kita untuk mendengarkan alunan lagu padang mbulan dan lagu-lagu dolanan yang lain. Di Negara kita ternyata krisis bukan cuma finansial saja, tapi lagu anak – anakpun bisa mengalami krisis. Kecanggihan teknologi informasi memang berkembang pesat, hingga rempun terasa blong. Saya sungguh miris dengan kondisi kurangnya lagu anak-anak di jaman sekarang. Semenjak jaman Trio Kwek-Kwek, Melisa yang menggemaskan dan imut sepertinya pentas lagu anak-anak sedang tertidur pulas, terlena dengan ungkapan-ungkapan mellow kelompok-kelompok band yang semakin gencar mengumandangkan ekspresinya di jagad permusikan Indonesia. Anak-anak kecil saat ini lebih mengenal lagu-lagu yang bertemakan tentang cinta dari pada lagu yang seharusnya dikonsumsi anak-anak. Hal ini bisa kita jumpai pada acara televisi, yang setiap saat menayangkan jam-jam lagu remaja. Dari proses mendengar dan melihat, ternyata  anak-anak menangkap dan merespon hingga tanpa disadari mengalun lyric cinta dari bibirnya, ditambah lagi dengan kesibukan orang tua, control semakin berkurang. Mereka sungguh enjoy menyanyikan lagu-lagu usia remaja, justru bukan sesuatu yang nyata dalam keseharian kehidupan anak. Memang kedengaranya sangat ironis sekali. Tapi itulah kenyataan yang ada pada dekade saat ini. Kondisi ini semakin diperparah dengan minimnya produksi lagu anak-anak dan penyanyi anak-anak yang mengeluarkan albumnya. Ataukah mungkin memang ada sebuah ketakutan para produser untuk memproduksi pasar ini. Pasarnya jeblok? Apalagi lagu-lagu yang bernuansa tradisional, yang pasarnya hanya meliputi lokal saja.

Mengapa ini  bisa terjadi? Apakah kita memang kekurangan materi lagu tentang anak- anak? Apakah saat ini tidak lagi musimnya untuk mendengarkan lagu anak, cerita dongeng anak, tentang petuah baik dan buruk yang bisa digambarkan dengan cerita tentang binatang? Dimana lagu dolanan seperti Gajah-Gajah, Tekate Dipanah, Cublak-Cublak Suweng, Gotri Nagasari dan masih banyak lagi lagu dolanan yang pernah terdengar pada masa-masa kecil? Apakah guru-guru saat juga masih aktif  mengajarkan lagu anak-anak ataupun lagu dolanan kepada muridnya di sekolah?

Inilah perkembangan. Semuanya sudah berubah seiring dengan kemajuan jaman, mulai dari gaya hidup, selera musik sampai pada persoalan moral. Hal ini harusnya menjadi tantangan bagi kita semua, agar lagu anak-anak tetap bisa ambil bagian dan menjadi raja untuk anak.

 

Fungsi Lagu Anak bagi Perkembangan Psikologis

Dunia anak adalah dunia bermain. Semua orang tahu bahwa anak-anak suka menyanyi dan semua orang tahu juga bahwa dunia anak identik dengan sukacita, kegembiraan, bermain, bercanda. Bagi anak, lagu adalah bahasa komunikasi yang universal. Dengan lagu, kita bisa melihat ekspresi anak dan dengan lagu pula kita bisa memberikan serta mengkondisikan anak memasuki ruang-ruang anak. Kita adalah bagian dari lingkungan yang mempengaruhi jiwa anak-anak kita. Anak belajar berkata-kata, mengucapkan kalimat-demi kalimat hingga tersusun menjadi sebuah maksud atau keinginan si anak. Itulah andil kita yang sangat luar bisa dalam perkembangan anak.

Mengenalkan lagu anak-anak sejak dini sangatlah penting. Kita bisa mengajarkan tentang kehalusan rasa, mensyukuri karunia Tuhan, persahabatan, budi pekerti, sisi-sisi kemanusiaan, kepekaan dan segala aspek kehidupan. Ada hubungan yang sangat erat antara makna lirik lagu dengan penalaran (special intelligence). Mendengarkan lagu berarti menarik informasi yang terkandung didalamnya. Ketika ini terjadi, maka si anak akan mencoba menangkap informasi tersebut dan mencoba membuat gambaran-gambaran secara mental dan kemudian menghubungkan hal tersebut pada kondisi-kondisi visual yang dilihatnya. Apabila salah informasi, maka ada kemungkinan anak juga bisa keluar dari jalur garis perkembangannya.

Menurut Aris Setiawan, dosen Etnomusikologi Institut Seni Indonesia di Surakarta, musik ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, secara psikologis, musik dapat membawa peran yang positif dalam pembentukan mental dan perilaku. Disisi yang berbeda terkadang musik justru dapat mengonstruksi mental, perilaku, dan sikap ke dalam sebuah ruang yang terisolasi, asing, aneh, bahkan cenderung indoktrinatif dan intervensial. Hal ini bisa kita lihat, bagaimana seorang bocah yang masih bersekolah dijenjang Sekolah Dasar dituntut harus berekspresi menjiwai lagu-lagu bertemakan jatuh cinta, patah hati dan sejenisnya (misalnya dalam acara audisi bakat anak), sementara dia sendiri belum pernah merasakannya. Bisa jadi pengetahuan romantika (:ketertarikan terhadap lawan jenis) anak berkembang lebih cepat daripada perkembangan biologisnya. Tidak bisa dibayangkan tekanan mental yang diderita si anak, sedangkan yang terjadi adalah anak sebagai pelaku tidak akan merasakan arti tertekan dengan kondisi ini, karena dibawah pengaruh bayang-bayang kepopuleran, ketenaran bahkan kemewahan. Sungguh impian yang sangat menggiurkan bagi semua orang.  Benarkah ini murni keinginan anak, atau mungkin justru adalah keinginan orang tua? Seandainya itu benar, apakah ini bukan eksploitasi? Silahkan menyimpulkan sendiri, anda pasti punya tafsir yang berbeda-beda, entah itu pro atau kontra. Menurut saya, ini adalah problem yang harus dicari solusinya, tanpa harus menyalahkan ataupun mencibir pihak manapun.

Kita bisa mulai mengajarkan anak mengenal dan merespon lingkungan keluarga dengan memberikan informasi lagu yang bertemakan kasih sayang pada keluarga. Bisa kita simak syair dibawah ini :

 

 

 

satu-satu aku sayang ibu

dua-dua juga sayang ayah

tiga-tiga sayang adik kakak

satu dua tiga sayang semuanya

 

Dengan ungkapan syair diatas, orangtua berusaha memberikan pelajaran tentang kasih kepada anggota keluarga. Hal ini bisa berdampak positif untuk pembelajaran moral pada anak. Saling sayang, saling memberi dengan harapan kebahagian dalam keluarga bisa terwujud.

Masih banyak contoh lagu-lagu yang sejenisnya yang berguna untuk pembekalan anak, misalnya :

  • Kasih Ibu, Oh Ibu dan Ayah (mengajarkan kasih),
  • Lihat Kebunku, Desaku (mengajarkan mencintai lingkungan alam),
  • Pelangi-Pelangi, Bintang Kecil (melihat kebesaran Tuhan),
  • Si Kancil Anak Nakal, Amelia (pembelajaran moral),
  • Tek Kotek-Kotek, Kucingku, Kupu-Kupu, Kelinciku, Kidang Talun (mengajarkan sayang pada binatang/makluk ciptaan Tuhan),
  • A B C D E (menghafalkan abjad),
  • Naik Delman, Kereta Apiku, Kring-kring Ada Sepeda (ruang kegembiraan),
  • Anak Kuat (mengajarkan hidup sehat).
  • Dua Mata Saya, Jari-Jari, Kepala Pundak Lutut Kaki (mengenal anatomi tubuh)
  • Aku Seorang Kapiten, Cita-Citaku, (mengajarkan punya impian/cita-cita), dll.

Dengan kata lain, lagu anak-anak (khususnya), musik pada umumnya bisa memberikan kontribusi yang sangat penting bagi kehidupan mendatang. Pada saatnya nanti anak mempunyai memori yang bisa mempengaruhi perjalanan hidupnya sesuai dengan perkembangan jiwanya. Dengan kelembutan hati yang telah didapatnya dari berkesenian, kepandaian berekspresi, pemahaman sisi-sisi kemanusiaan, kepekaan lingkungan serta kreativitas yang gemilang, buah hati kita akan mudah menapaki tangga menuju puncak prestasi. Hal ini pasti menjadi keinginan setiap orang tua.

 

Solusi alternatif

Bukan hal yang mudah untuk menyelesaikan permasalahan ini, tetapi paling tidak ada upaya-upaya yang nyata agar anak kembali hidup dan berkembang sesuai dengan  masanya, tanpa harus merusak impian anak-anak kita. Prestasi anak adalah kebanggaan setiap orang tua. Keberhasilan anak bisa memberikan kepuasan yang sangat maksimal pada orang tua (very happy). Artinya, anak adalah segalanya. Kita bekerja semua demi keluarga yang didalamnya adalah anak-anak kita. Anak ibarat sebuah emas mulia yang setiap saat kita banggakan. Sudah semestinya kita wajib menjaga emas-emas kita agar tetap kinclong dan jangan sampai ternoda oleh apapun.

Langkah-langkah yang mungkin bisa dilakukan agar kondisi ini tidak semakin mempengaruhi kejiwaan anak dimasa mendatang, antara lain:

 

  1. Filter Information

Dalam setiap saat informasi segala hal bisa kita peroleh dari lingkungan. Ada kalanya informasi itu mendatangkan sebuah harapan, dan juga sebaliknya. Artinya, sebagai orangtua bisa memberikan keterangan yang gamblang mengenai info itu. Apakah informasi itu berdampak positif atau negative. Info-info yang mengandung unsur education harus dinomorsatukan. Coba kita lihat, pada jam-jam belajar malam (antara jam 18.00-21.00), telivisi tanah air dipenuhi dengan tayangan sinetron yang kadang eman untuk dilewatkan. Ada berapa banyak keluarga yang mempunyai kesadaran untuk mematikan TV pada jam tersebut. Dengan apiknya sinetron itu dibungkus dengan soundtrack lagu-lagu yang lagi hits. Tanpa disadari lagu-lagu tersebut akrab ditelinga anak, dan jadilah dendangan anak dengan nyanyian jatuh cinta, patah hati, cari jodoh dan masih banyak lagi pesan-pesan lagu yang seharusnya tidak dikonsumsi anak. Kesadaran harus berpangkal dari orangtua. Orangtua harus bisa menjadi super teladan dalam keseharian, karena apa yang dilihat anak, apa yang didengar anak adalah proses pembelajaran secara langsung dari lingkungan, dan itu efeknya luar biasa untuk perkembangan mentalitas anak.

 

  1. Pendampingan lebih lanjut

Kita bisa mengajarkan lebih lanjut pemahaman tentang lagu anak-anak. Misalnya, isi pesan dalam lagu, pengaruhnya/efek selanjutnya setelah mengetahui isi lagu. Bagaimana seharusnya bertindak. Tanpa harus berceramah, kita pancing anak-anak dengan pertanyaan. Misalnya, bagaimana perasaan setelah mendengar lagu?  Apa sebenarnya lagu yang disukai? Demikian juga sebaliknya, biarkan anak bertanya apapun tentang uneg-unegnya. Kita harus memberikan waktu untuk menjalin komunikasi yang segar kepada anak, sehingga kedekatan itu akan menjadi mediator yang mujarab untuk tahu hal-hal sekecil apapun yang dipikirkan oleh anak.

 

  1. Manajemen waktu melihat televisi atau media lain

Kita bisa memperhatikan  acara-acara televise yang berkaitan dengan anak. Ada beberapa stasiun televise menyiarkan materi untuk anak pada jam-jam tertentu. Hindari anak untuk agar tidak ikut menikmati tayangan-tayangan yang kurang menguntungkan. Dalam hal ini sebaiknya dinas terkait (pemeritah) ikut melibatkan diri dengan ikut mengamati dan memberikan arahan kepada stasiun TV untuk mengatur jadwal tayang sedemikian rupa, hingga hal-hal yang menjadi hak anak tidak terabaikan.

 

  1. Memberikan ruang ekspresi kepada pencipta lagu anak

Saya yakin ada banyak pegiat seni yang berkarya dengan masuk kedunia anak. Hanya mungkin belum tersentuh atau kurang mendapatkan kesempatan berlaga. Dunia industri permusikan saat ini masih konsentrasi dengan memunculkan band-band baru, karena memang kenyaaannya itulah yang laku. Kepada ruang-ruang modal, saya pikir bukan hal yang sulit bagi pemegang modal untuk membuat suatu acara yang mengaudisi pencipta lagu anak, misalnya Gebyar Lagu Anak, Audisi Pencipta Lagu Anak, Tanding Melody Anak, dll. Apabila ini terjadi, dengan sendirinya anak-anak (penikmat TV) akan ikut merasa memiliki lagu-lagu tersebut, karena memang itulah dunianya. Saya yakin ada banyak orangtua yang mempunyai kegelisahan seperti yang saya pikirkan, kalau lagu anak-anak muncul kembali secara otomatis setiap orangtua akan memperhatikan kebutuhan anak secara serius. Termasuk didalamnya kebutuhan materi lagu anak.

  1. Informasi lewat Pendidikan Sekolah

Lewat kurikulum sekolah (khususnya jenjang TK, SD, SMP) , pengenalan lagu anak ataupun lagu dolanan bisa menjadi salah satu alternatif pembelajaran untuk menyampaikan pesan-pesan moral kepada anak didik. Kompetensi guru (khususnya guru seni budaya) juga perlu ditingkatkan dalam mengikuti perkembangan dunia musik tanah air, dengan mengikuti pelatihan-pelatihan tentang seni, seminar seni anak dan sejenisnya, sokor-sokor guru mau belajar menyanyi lagu dolanan atau lagu anak-anak (kecuali guru TK, memang sudah pakarnya).

 

 

Penutup

Menurut Rosa Listyandari, manusia membutuhkan seni untuk memberi warna dalam hidupnya. Termasuk didalamnya proses mengapresiasi lagu-lagu. Melalui lagu, kita bisa mengekspresikan diri, menumpahkan segala rasa dan gelora jiwa, juga anak-anak kita. Dengan berkesenian, diharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik untuk perkembangan mental si buah hati.

Kita harus bisa lebih bijaksana terhadap anak-anak kita dengan memperhatikan dan mencermati setiap perkembangan jiwa yang terjadi pada anak. Bagi orangtua mari kita fokuskan kesadaran berpikir tentang hukum sebab akibat. Menurut Aris Setiawan,  pada dasarnya musik adalah benda mati yang akan hidup ketika manusia membutuhkannya. Bukan juga hendak menyalahkan anak- anak yang beranjak dewasa sebelum waktunya karena melagukan sebuah musik. Namun, sudah selayaknya kita kembalikan sebuah masa bagi anak- anak yang kini telah hilang dengan menempatkan musik pada koridor dan ruang yang semestinya. Selamat berjuang!

 

Kontributor :

Pambuko Kristian, S.Sn. (Guru Seni Budaya SMA Santa Maria Surabaya, Narasumber  Pelatihan Musik Kreatif dan Juri Tingkat Provinsi)