Surabaya, KrisanOnline.com – Krisanis, saya alumni SMA Santa Maria Surabaya angkatan 2006. Saya bersekolah di Santa Maria Surabaya sejak dari TK sampai dengan SMA. Kebetulan keterikatan batin saya dengan majalah cetak “Krisan” cukup erat. Mengingat “Krisan” yang dirintis oleh F.X. Rudy Prasetya atau biasa disapa Pak Pras beserta timnya, salah satu pionernya adalah kakak kandung saya sendiri, Anton Wiyono. Selain “Krisan” di masa itu juga ada radio sekolah SanMar FM. Namun, geliat jurnalistik SMA Santa Maria kala itu memang diakui sangat menggebu-gebu, dominan, dan luar biasa eksis.
Saya sendiri boleh dibilang seorang pemerhati dunia pendidikan meskipun tidak berprofesi di dunia pendidikan. Saya pernah berpartisipasi di beberapa kegiatan sukarelawan seperti pada Kelas Inspirasi (KI) dan Gerakan Melukis Harapan (GMH). KI merupakan kegiatan sosial di dunia pendidikan yang dirintis oleh Anies Baswedan yang sangat populer kala itu dan diikuti oleh banyak orang dengan berbagai latar belakang. Sedangkan GMH adalah gerakan sosial yang cukup luas cakupannya sebagai bentuk perhatian terhadap eks lokalisasi Dolly.
Di sana terdapat dua divisi yaitu divisi ekonomi untuk membangun kembali perekonomian kawasan Dolly sejak ditutup oleh Ibu Risma melalui kegiatan-kegiatan perekonomian yang positif. Satu lagi divisi pendidikan (yang kini saya ikuti) yang membangun pendidikan anak-anak disekitar eks lokalisasi Dolly, baik secara akademis maupun non akademis.
Ketika saya datang ke rapat perdana GMH, banyak yang mengira saya “salah kamar” karena saya paling berbeda baik secara kesukuan maupun agama (terlihat dari nama saya). Dan tak jarang dari mereka bertanya apa motivasi saya mengikuti kegiatan ini. Lalu, saya katakan kepada mereka, “Ketika kita melakukan kegiatan sosial, Anda tidak perlu menanyakan apa suku atau agama saya. Karena kita semua berada di sini dengan satu kesamaan. Ya, kesamaan visi dan misi dalam memberantas kemiskinan dan kebodohan,” terangku waktu itu.
Krisanis, jujur saja sering kali sentimen SARA membatasi ruang gerak kita. Tak jarang kita akhirnya hanya bisa menjadi “jago kandang”. Namun ada satu hal yang perlu kita ingat, akan jauh lebih baik bila kita memandang persamaan yang menyatukan kita dibanding memandang perbedaan yang menghambat kemajuan kita.
Oleh karena itu, saya mengajak adik-adikku SMA Santa Maria Surabaya untuk berkarya secara lebih luas lagi. Manfaatkan masa muda kalian dengan semaksimal mungkin sehingga kita benar-benar bisa menerapkan semangat SERVIAM dimanapun kita berada. Selamat melayani masyarakat di sekitar kita! Selamat berbagi inspirasi. Maju terus SERVIAM-ku!
(Kontributor: Albert Budi Wiyono, Alumni SMA Santa Maria 2006, Sekarang Bekerja sebagai Kepala Bagian Operasional PT Aremix Planindo)
Siap.
Ini adalah dobrakan sosial yang menginspirasi. Bahwa kita harus menunjukan diri dimasyarakat sebagai satu untuk Indonesia