Surabaya, KrisanOnline.com- Krisanis, tidak terasa pandemi COVID-19 sudah berjalan setahun lebih. Banyak hal yang terjadi selama pandemi ini. Salah satunya, kepergian.Ya, kepergian orang – orang yang kita cintai untuk selamanya. Banyak berita duka yang kita dengar setiap harinya, seperti sudah menjadi “makanan” sehari – hari.
Krisanis, tahun ini pun, saya harus merelakan kepergian dari orang yang sangat saya cintai. Pada tanggal 29 Maret 2021. Saya harus merelakan kepergian bapak saya untuk selama – lamanya. Kepergian beliau cukup mendadak, sehingga cukup sulit bagi saya untuk memproses kejadian tersebut. Tetapi seiring jalannya waktu, saya sudah mulai belajar mengikhlaskan kepergian beliau.
Hari pun terus berlalu, pada tanggal 5 Mei 2021 lalu, kami sekeluarga memperingati 40 harinya kepergian bapak kami. Kami memperingati kepergian beliau dengan mengadakan Misa di Gereja. Misa Arwah pun berjalan dengan lancar. Khotbah yang diberikan Romo pun bagus dan menyentuh. Membuat beberapa umat meneteskan air mata, termasuk saya sendiri. Waktu komuni pun tiba, saya berjalan ke tempat petugas koor berada, karena memang saya akan membawakan 2 lagu pada Misa Arwah bapak saya. Hitung – hitung sebagai persembahan saya pada bapak.
Lagu pertama berhasil saya nyanyikan, tetapi waktu lagu kedua saya tidak kuat menahan air mata. Alhasil, saya menangis sepanjang lagu. Untungnya petugas koor sangat kooperatif sehingga mereka menggantikan saya bernyanyi. Setelah lagu kedua selesai, saya kembali ke tempat duduk. Romo memberikan beberapa homili, lalu memberikan berkat dan Misa pun selesai.
Nilai – nilai yang saya dapatkan dari pengalaman ini adalah untuk selalu menghargai orang – orang di sekitar kita dan menikmati waktu – waktu yang kita habiskan bersama. Saya juga belajar untuk mengikhlaskan dan juga belajar untuk lebih mensyukuri apa yang saya miliki sekarang. Selamat jalan, Bapak! Doaku menyertai.
(Kontributor: Maria Immaculata, Siswi XII Bahasa, SMA Santa Maria Surabaya)