Surabaya, Krisanonline.com – Krisanis, Film ini menceritakan tentang kisah cinta seorang pasangan yang masih di bangku SMA. Semula menceritakan keseharian anak SMA di sekolah, yaitu belajar. Namun, pasangan tersebut mengalami musibah karena terjadi kehamilan di luar pernikahan.
Awalnya film ini dianggap tabu oleh sebagian masyarakat. Bahkan, sebelum film ini tayang di layar lebar, banyak pengguna media sosial yang mengomentari film ini dengan pro kontra. Sebelum masuk ke cerita sesungguhnya, aktor dan aktris juga sangat mempengaruhi Pada proyek kali ini, Angga Aldi Yunanda dan Adhisty Zara JKT48 yang menjadi pemeran utama beserta pemeran pendukung lainnya, tentu membuat film ini tambah menarik. Angga memerankan tokoh Bima dan Zara memerankan tokoh Dara dalam film Dua Garis Biru ini.
Alkisah, ketika hasrat tidak dapat dikendalikan, akhirnya hari demi hari mereka lalui, hingga Dara semakin lama tubuhnya melemah dan selalu mual. Kemudian, ada keinginan Dara untuk membeli test pack. Hanya saja malu karena masih SMA. Bimalah yang membelinya melalui aplikasi dan kemudian diberikan ke Dara. Dan … ternyata hasilnya positif. Berbagai cara telah mereka lakukan untuk menutupi kandungan yang semakin membesar. Bahkan Bima menyarankan untuk aborsi.
Namun, dengan menangis Dara menolak. Pada akhirnya, semua ini terbongkar saat di sekolah. Dari situ sekolah memanggil kedua orang tua dari masing-masing pihak. Terjadi kontak saling menyalahkan antara kedua belah pihak. Lalu, sekolah juga menyarankan bahwa Dara lebih baik keluar dari sekolah. Dara yang memiliki impian untuk melanjutkan sekolahnya di Korea dengan beasiswa, akhirnya hancur lebur,
Keluarganya membuang dia dan menyuruhnya tinggal bersama keluarga Bima. Bima yang merupakan keluarga dari kepala RW harus menanggung malu sekeluarga. Mereka seolah kehilangan masa depan mereka. Hari demi hari terus mereka lalui dengan segala kegelisahan dan keraguan. Banyak pertimbangan yang dilakukan untuk mengurus anak dalam kandungan Dara. Salah satunya adalah keluarga Dara yang akan memberikan anak tersebut ke om dan tantenya.Hal ini dikarenakan orang tua Dara merasa anak seusia Dara masih belum mampu untuk mengurus anak. Masih belum cukup umur untuk merasakan kesulitan dalam berkeluarga untuk menghadapi dunia luar yang sangat kejam.
Hal ini pula yang ingin disampaikan dari film ini. Menurut saya pro dan kontra untuk film ini wajar saja. Menurut saya memang perlu masyarakat di edukasi melalui hal-hal seperti ini. Dari film, media sosial, media koran, dan lain-lain. Namun, pesan yang bisa dibawa oleh penonton adalah bagaimana kita menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan mandiri. Berumah tangga boleh saja, asal tiba pada waktunya nanti di saat yang tepat. Ketika kita sudah cukup dewasa dan berdiri di atas kaki sendiri.
(Kontributor: Jashen Eka Wijaya, Siswa XII IPS, SMA Santa Maria Surabaya)