Surabaya, Krisanonline.com– Krisanis, pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi cerita dengan pembaca KrisanOnline. Begini, saya lahir dan besar di Surabaya. Teman-teman dan keluarga saya semua dari Surabaya. Suatu hari, orangtua mendapat tawaran pekerjaan di Jayapura. Oleh karena, peluang bisnis lebih besar.
Awalnya hanya ayah saya yang tinggal disana. Namun, dengan sistem 1 minggu per bulan bertemu di Surabaya menjadikan hubungan keluarga menjadi tidak terlalu erat. Satu tahun setelah ayah saya bekerja, akhirnya kami satu keluarga pindah ke Papua. Awalnya, saya merasa tidak enak karena bahasa, logat, teman, dan kebiasaan yang semua berbeda. Saya juga tidak bisa dan tidak mau beradaptasi. Saya berdoa tiap hari untuk cepat pindah dari Papua. Saya benar-benar tidak senang tinggal di Papua. Tidak ada kegiatan menyenangkan. Saya hampir tiap hari menangis dan berselisih dengan orang tua untuk minta pulang ke Surabaya. Saya mencari segala cara untuk cepat pergi dari Jayapura. Puncaknya, saat SMP kelas 3 ingin cepat benar-benar pindah. Namun, tidak dijinkan orang tua karena hanya tersisa satu tahun. Memang satu tahun tidak lama, tapi bagi saya yang menjalani terasa seperti 10 tahun. Uhhhhh…!
Akhirnya, saya bertemu teman lama, saya diminta dan “dipaksa” keluar dari zona nyaman untuk lebih aktif belajar bersosialisasi pada setiap orang, aktif dalam kegiatan di sekolah, pergi jalan-jalan melepas penat, dll. Nah, saat itu saya menjadi sadar. Ternyata tinggal di Jayapura menjadi sangat menyenangkan. Bisa mendapat pengalaman baru, teman-teman yang asyik, dan nilai-nilai kehidupan yang banyak lagi berguna.
Jayapura memang berbeda. Kotanya unik. Kotanya memperlakukan semua orang seperti keluarga sendiri. Saya sangat bersyukur mendapat kesempatan tinggal dan bersekolah di Jayapura yang penuh pengalaman mengesankan. Terima kasih Jayapura. Darimu aku belajar hidup!
(Kontributor: Angela Audrey Kapojos, Siswi X MIPA 3, SMA Santa Maria Surabaya)