Menjadi tuna netra itu,

Tidak mampu melihat dunia

Tapi bukan berarti

Tidak mengenal dunia (N.N.)

Surabaya,Krisanonline.com–Krisanis, saat liburan sekolah kemarin, saya memanfaatkan untuk berlibur di desa.Suasana desa yang sejuk dan damai, begitu tenang tanpa terdengar bisingnya kendaraan seperti di kota.Suatu hari saya mendengar alunan musik gamelan Jawa dan juga keyboard dari sebuah rumah. Ketika saya hampiri, uppsss… saya terkejut ketika yang memainkan alat musikindah  itu adalah seorang “tuna netra”.

Ya, dialah Bapak Puji Kendang. Oleh karena, kepiawaiannya dalam memainkan kendang. Setiap pentas Pak Puji memainkan 8 jenis kendang. Tepatnya, beliau ini pengendang wayang kulit. Suatu hari saya mengikuti Pak Puji yang sedang pentas wayang kulit. Ternyata sungguh pekerjaan yang berat karena harus mengendang sampai subuh hari. Semua keperluan disiapkan oleh istrinya.Namun, begitu sampai di lokasi pentas semua dikerjakan sendiri. Mulai dari ganti seragam, memakai jarik, dan memakai kemben (kain panjang yang fungsinya sebagai ikat pinggang).Ya, semua dilakukannya sendiri. Beliau sama sekali tidak mau merepotkan teman-temannya.

Saat saya berinteraksi, PakPuji bercerita bahwa pernah suatu hari saat pentas gendang di suatu acara beliau tidak dibayar. Pernah juga suatu hari demi menafkahi anak dan istrinya, beliau rela jadi pengamen jalanan agar saat pulang beliau bisa mengganti uang dari pentas gendang untuk keluarganya.Pernah suatu hari saat Pak Puji  naik ojek,  sengaja dijatuhkan oleh si tukang ojek. Kemudian, tukang ojek tersebut meraba saku jaket yang dipakai beliau dan mengambil seluruh uang yang ada di saku jakenyat.Tapi,Pak.Puji tidak mengeluh. Sesampainya di rumah dengan jujur menceritakan itu semua pada keluarganya.Keluarganya pun memberikan empati yang baik, ikhlas, dan selalu bersyukur.

Aktivitas Pak Puji lainnya adalah bermain gamelan, gendang,dan mengajari sinden untuk  anak-anak muda yang ingin belajar budaya Jawa. Itu semua dilakukan tanpa pamrih dan tanpa memungut biaya. Lalu, saya pun bertanya “Bapak tidak rugi, mengajari mereka nembang dan main gamelan serta gendang secara gratis? Jawab beliau “Berbagi ilmu adalah berkah. Jadi teruslah berbagi pada orang lain.Tuhan tidak memberikan umatnya berkekurangan, asal orang itu mau berusaha, tidak mudah putus asa dan tidak mudah mengeluh.Tidak sempurna bukan berarti tidak bisa menyempurnakan diri. Oleh karena itu, mulai sekarang selalu rendah hati, sabar, dan siap berbagi pada siapa saja selagi kita mampu.” Siappp…dan terima kasih Pak Puji!

(Kontributor: Meesie Carolina Herwanto,Siswi X MIPA 1,SMA Santa Maria Surabaya)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini