Stasiun-Stasiun Pemberhentian

Diamnya sepi terdengar memalu merdu angin malam lalu
sedalam biru langitnya hatiku tergerak tuk beradu
Ku sapa kejora mengerling nakal buaiku dalam lamunkku
Dalam desah ucap syukur dan doaku
Ku masuki peron stasiun-stasiun pemberhentianku
sebelum melaju lanjutkan perjalanan hidupku

Surabaya, 2019

PUSTA SM

“Minggir, Aku Buru-Buru”

Dag dig dug deg
Degubku kencang sekali melaju
sekejap mata dia lari cepat mendahuluiku
minggir aku sedang buruburu
mengejar degubku yang lebih dulu

Surabaya, 2009

PUSTA SM

21.25

 

Kau genggam tanganku erat,

Kau bawa daku melangkah gemulai suatu irama,

Mengertikah kamu bahwa semua adalah.

Ulah kita!

 

Waktu berlalu begitu cepat,

Hingga ku lupa bahwa gengaman erat telah terlewat

Canda yang kurindu selalu berlalu

Ku cari sebuah langkah untuk membuat waktu menjadi tersesat

 

Agar dapat selalu kuingat,

bahwa genggaman itu adalah jerat yang akan terus mengikat

Dalam pikir sehat Dikau dan Daku.

 

Aw

Surabaya, 2017

Tangis Semesta…

 

Semesta berduka
Namun,
Bahagia kau rasa
Di atas tangis dan derita sang semesta

Semesta menjerit
Jeritan itu tak kau dengar
Semu dan hilang tak tinggal jejak
Kau bahagia tak mendengarnya
Berkuasa di atas jeritnya

Semesta menderita
Tahukah kamu? Ia menderita!
Tawamu tak pedulikan tangisnya
Kuasamu tak pedulikan rintihannya

Memberi dan menerima
Kamu rasa itu adil? Kamu salah
Tak sadarkah kamu?
Semesta menjerit, ia murka
Memberi segala hal terbaik
Namun… tangis yang ia terima
Melindungi dengan segala kemampuan
Namun … luka yang kau beri

Kembalikan kehangatan semestaku
Kembalikan tawa dan bahagianya
Biar ia memberi dan menerima yang menjadi miliknya
Jangan biarkan sedih dan pilu membelenggu
Sebab,
Ia patut bahagia…

Teruntuk Kamu…

 

Untuk kamu yang disana,
Tidak perlu mengkhawatirkanku
Saat atmosfer tak lagi bersahabat,
Saat senja tak lagi tersenyum cerah,
Dan di saat jalanan ini bukan tempat yang biasa kita lalui.
Tidak perlu lagi mengingatkanku;
Untuk selalu memanjatkan syukur kepada Sang Kuasa,
Untuk selalu menyempatkan waktu beristirahat,
Dan untuk selalu menyisihkan waktu luang,
Tidak perlu lagi menemaniku;
Ketika ku sendiri, berdiri, disini,
Ketika lelaki genit berusaha menggodaku,
Dan ketika  aku meracau rindu kamu,
Karena, sekarang aku sudah memiliki kamu.
Iya kamu.
Aku senang ketika hujan datang,
saat itu aku meminjam pelukanmu, hangat.
Aku senang ketika senja tak lagi ada,
karena malamku tersita memikirkanmu.
Dan ketika jalan sudah berbeda dengan yang biasa.
Aku ‘kan terus mengingat kenangan itu.
Kau tahu aku selalu bersyukur,
bersyukur karena kuhidup dan bertemu denganmu.
Ku selalu menyempatkan waktu beristirahat,
karena butuh kekuatan penuh ‘tuk menahan rindu.
Dan ku selalu meluangkan waktu kosong,
karena kurindu sudah ingin menggengammu.
Aku tak takut bila sendiri disini,
karena ku tahu kau selalu menemani.
Aku tak perlu lagi risau dengan godaan lelaki lain,
karena telinga ini terlalu sibuk mendengar suaramu.
Dan kau tak perlu gelisah perihal rinduku,
karena ku senang bahwa kaulah orang yang kutunggu.
Jadi…
Jangan takut lagi, jangan resah dan gelisah.
Kau tahu ku kan baik-baik saja.
Selama jantung masih berdetak,  satu hal yang bisa kujanjikan.
Teruntuk kamu, hidupku dan seluruh hatiku.